Sabtu, 12 November 2011

"MERAH PUTIH" yang tertelan Zaman

Usiaku sekarang sudah hampir 66 tahun, tak terasa aku sudah se-tua ini. Dahulu, aku di perjuangkan oleh para pemuda-pemuda di masa itu, mereka memperjuangkanku agar aku berkibar di atas bumi ini setidaknya sedikit lebih tinggi di atas sebuah bambu runcing yg ingin mereka tancapkan ke tanah. Tak terhitung berapa banyak bercak darah di badanku, dan aku pun telah banyak melihat kematian para pejuangku. Terharu, sedih bercampur bangga melihat para pejuang tanah air membelaku. Mereka tak membiarkan sedikitpun noda penjajah ada di tubuhku, warna dan tubuhku selalu mereka jaga bahkan di saat mereka sedang meregang nyawa, aku menangis haru di genggaman mereka. Tubuhku pun terkadang membungkusi peti mati para pejuangku. Hingga akhirnya, tibalah di mana hari itu datang, aku di kibarkan oleh 3 putra bangsa dan kali ini jauh lebih tinggi dari sebuah bambu runcing. Aku telah merdeka bersama para pejuangku, mulai saat itu aku yakin bahwa mereka pasti akan selau menjagaku, merawatku, dan melindungiku

Tapi sekarang, badanku sudah kusam, warnaku pun sudah luntur. Aku tak lagi di perdulikan seperti dulu. Ada apa dengan para pejuangku sekarang ? Mereka sekarang lebih muda, lebih pintar, lebih berpendidikan, dan lebih canggih. Harusnya mereka membuatku lebih nyaman berada dengan mereka, tapi yang terjadi tidak ada yang perduli lagi denganku, mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi tak apalah, biarpun mereka melupakanku tapi aku akan tetap menjaga wibawaku di mata dunia, mengibarkan merah putih ini dengan badanku sendiri demi para pejuangku sekarang walaupun mereka tak lg perduli denganku. Tapi, aku masih punya para pejuang mudaku yg satu ini. Setiap tahun, aku di kibarkan oleh mereka dengan penuh cinta, mereka berlatih di bawah badanku setiap hari walaupun matahari sedang terik. Pakaian mereka berwarna putih,macam-macam atributnya, peci hitam berlambang garuda di kepalanya (ya... garuda, teman setiaku , tapi nasibnya masih lebih beruntung dari padaku), aku melihat tangisan bangga dari mereka ketika aku di kibarkan olehnya, aku pun ingin mereka tau bahwa aku merasa sangat bangga ketika aku di kibarkan oleh mereka.

Tapi... kemana para pejuangku yg lainnya? Aku rindu dengan teriakan mereka “merdeka ! merdeka ! merdeka !”, aku rindu ayunan tangan mereka tanda penghormatan mereka kepadaku. Aku masih melihat dari atas sini para pemuda yg tidak pernah memperdulikanku lagi,tapi aku tetap mencintai mereka. Mungkin belum saatnya mereka sadar akan sebuah pengabdian, ingatanku masih hangat ketika Bung Karno dengan tegasnya mengatakan “Kutitipkan bangsa ini padamu !”. Para pejuang mudaku, cobalah kalian ingat kembali sebuah amanat itu.

Itulah kisahku, Sang Pusaka Merah Putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar