
Tapi sekarang, badanku sudah kusam, warnaku pun sudah luntur. Aku tak lagi di perdulikan seperti dulu. Ada apa dengan para pejuangku sekarang ? Mereka sekarang lebih muda, lebih pintar, lebih berpendidikan, dan lebih canggih. Harusnya mereka membuatku lebih nyaman berada dengan mereka, tapi yang terjadi tidak ada yang perduli lagi denganku, mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi tak apalah, biarpun mereka melupakanku tapi aku akan tetap menjaga wibawaku di mata dunia, mengibarkan merah putih ini dengan badanku sendiri demi para pejuangku sekarang walaupun mereka tak lg perduli denganku. Tapi, aku masih punya para pejuang mudaku yg satu ini. Setiap tahun, aku di kibarkan oleh mereka dengan penuh cinta, mereka berlatih di bawah badanku setiap hari walaupun matahari sedang terik. Pakaian mereka berwarna putih,macam-macam atributnya, peci hitam berlambang garuda di kepalanya (ya... garuda, teman setiaku , tapi nasibnya masih lebih beruntung dari padaku), aku melihat tangisan bangga dari mereka ketika aku di kibarkan olehnya, aku pun ingin mereka tau bahwa aku merasa sangat bangga ketika aku di kibarkan oleh mereka.
Tapi... kemana para pejuangku yg lainnya? Aku rindu dengan teriakan mereka “merdeka ! merdeka ! merdeka !”, aku rindu ayunan tangan mereka tanda penghormatan mereka kepadaku. Aku masih melihat dari atas sini para pemuda yg tidak pernah memperdulikanku lagi,tapi aku tetap mencintai mereka. Mungkin belum saatnya mereka sadar akan sebuah pengabdian, ingatanku masih hangat ketika Bung Karno dengan tegasnya mengatakan “Kutitipkan bangsa ini padamu !”. Para pejuang mudaku, cobalah kalian ingat kembali sebuah amanat itu.
Itulah kisahku, Sang Pusaka Merah Putih.
Itulah kisahku, Sang Pusaka Merah Putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar